Saturday, October 12, 2013

Jagal/The Act of Killing (2013)


The Act of Killing merupakan film dokumenter arahan Joshua Oppenheimer yang memakan waktu sekitar 8 tahun. Film ini berbahasa Indonesia, judul Indonesianya adalah Jagal. Film ini bahkan tersedia untuk didownload gratis di website http://actofkilling.com/

Film ini mencoba menguak sisi lain dari sejarah kelam bangsa Indonesia pada tahun 1965, yang dikenal dengan gerakan G 30 S PKI atau gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Masih terkenang bagaimana film G 30 S PKI pada era presiden Soeharto wajib diputar dan ditonton setiap tahun, film itu menggambarkan dengan sadis bagaimana  enam perwira tinggi militer Indonesia dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta yang dituduhkan pada Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh PKI inilah yang merupakan noda hitam, diperkirakan lebih dari 500.000 orang tewas dibantai dan sekitar 1 juta orang dipenjara pada tahun 1965-1966, pembersihan ini adalah masa transisi pemerintahan Orde Baru, jatuhnya presiden Soekarno dan mulainya kekuasaan presiden pengganti Soekarno, yaitu Soeharto.

Pembantaian ini berusaha ditutupi selama rezim orde baru, hampir tidak ada buku sejarah Indonesia yang membahasnya, etnis tionghoa adalah korban nyata dari gerakan ini, terjadi anti-cina dan isu rasialis di Indonesia, surat kabar berbahasa mandarin dilarang, pemerasan terhadap etnis tionghoa umum terjadi, umumnya para etnis tionghoa pada zaman Orde Baru enggan berurusan dengan birokrasi karena takut diperas, rata-rata mereka lebih banyak menggunakan calo ketimbang berurusan dengan birokrasi pemerintah.

Jelas ini adalah isu pelanggaran kemanusiaan / HAM yang sangat serius, banyak etnis tionghoa yang tidak tahu apa-apa dibunuh dan hartanya dijarah dari gerakan pembersihan PKI, terjadi diskriminasi terhadap etnis tionghoa nyaris sepanjang zaman pemerintahan Soeharto, bahkan menjelang tergulingnya Soeharto, terjadi lagi kerusuhan 13 Mei 1998 yang kembali banyak memakan korban etnis tionghoa yang masih menjadi misteri sampai hari ini.

Membunuh Tanpa Perasaan Bersalah

Dalam gerakan penumpasan PKI, tidak lepas dari aksi preman-preman yang ditugaskan untuk membunuh orang PKI. Hal inilah yang diangkat dalam film ini, tokoh nyata dalam film ini yaitu Anwar Congo, telah membunuh sekitar 1.000 orang, umumnya dengan menggunakan kawat untuk mencekik korban agar tidak terlalu banyak darah yang keluar, seperti dipraktekkan oleh Anwar Congo dalam film ini.


Anwar dan rekan-rekannya dengan bersemangat mendemonstrasikan aksi mereka yang dipengaruhi oleh film gangster barat. Mereka memiliki alasan untuk membunuh tanpa perasaan bersalah, dengan anggapan bahwa yang mereka lakukan adalah benar, membunuh orang yang memang harus dibunuh karena kesalahannya. Kendati demikian, Anwar juga mengalami mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya.

Setelah Anwar berperan sebagai korban, ia tidak dapat melanjutkan lagi, karena merasakan apa yang dirasakan oleh korbannya, yang pada kenyataannya apa yang dirasakan korban tentu lebih mengerikan karena tidak sekedar akting.

Film ini membuat kita merenung, cuci otak dapat membuat kita melakukan kekejaman seakan melakukan kebaikan, hal ini sebenarnya sudah banyak tercatat dalam berbagai peristiwa berdarah sepanjang sejarah pelanggaran kemanusiaan. Akankah manusia terus mengulang kesalahan yang sama? Semoga tidak.

No comments:

Post a Comment